Seberapa Pantas Diwajibkan. Setelah Jakarta berganti kepemimpinan yang dipegang oleh sosok Guberbur baru,berbagai pembaruan misi dan visi pun yang sempet di janjikan dalam kampanye dulu,coba mereka angkat(jalankan) dalam tugasnya.Ceritanya sih gak jauh beda dengan masalah yang sudah ada dari dulu,yaitu mengatasi masalah banjir dan macet di Ibukota.Hanya bedanya kalo versi gubernur sekarang,sering kali membuat kejutan dengan aksi terjun langsung ke lapangan guna segera mengatasi permasalahan yang ada,seperti ikut bekerja turun tangan ke tanggul Latuharhari yang jebol beberapa waktu lalu,sidak kebeberapa kelurahan dan penertiban kepada oknum petugas(pegawai) rumah susun Marunda yang telah menyalah gunakan jabatanya.Itu hanya salah satu contoh kecil tindakan yang dilakukannya.
Sebagai orang nomor satu di Jakarta dan baru beberapa bulan menjabat,pasangan Jokowi-Ahok terbilang sukses di mata warganya dan menurut penilaian dari beberapa pengamat yang memang sudah ahli dalam bidangnya.
Dirasa,sepertinya slogan ABS(Asal Bapak Senang)pun sudah ndak terpakai lagi dalam agenda kepemimpinan mereka.Tak khayal beberapa instansi dan berbagai layanan publik dan sarana umum lebih baik seperti sekarang ini.Karena bila mana dari warga atau masyarakat mendapatkan(menemukan)keluhan dalam pelayanan dan perlakuan yang nggak sesuai dengan kebijakan baru yang berlaku,sang Gubernur pun tidak akan segan untuk menindak tegas.
Hal senada membuat para orang tua wali murid dari salah satu SMP Negeri di Jakarta,lantas heran dan bertanya-tanya,ada apa gerangan dengan pembatalan sejumlah rencana yang dikeluarkan dari pihak sekolah yang sudah di umumkan bahkan di rapatkan itu.Kebetulan kisah ini dialami disekolah anak saya,ketika pada saat itu ia meminta kebundanya sejumlah uang sebesar Rp.50.000 untuk membayar sumbangan(sebagai kenang-kenangan)buat kesalah satu pengajar yang sebentar lagi akan masuk masa pensiun kepada seluruh murid di sekolahnya.Adapun jumlah kelas disekolah itu ada 21 kelas dan tiap kelas berjumlah 30-35 siswa.
Namun setelah beberapa waktu berselang,uang sumbangan tersebut malah dikembalikan lagi ke para orang tua(wali murid)dengan memanggilnya datang kesekolah.Tak cuma itu saja pembatalan rencana yang di keluarkan dari pihak sekolah,namun masih ada yang lainnya,seperti:
- Rencana study tour ke Bandung dengan pungutan biaya sebesar Rp.600 ribu per murid.
- Pembelian sejumlah buku tambahan dari sekolah.
- Keharusan tiap siswa untuk mempunyai perangkat laptop(sebagai alat pendukung selain dari buku)
Tulisan ini tidak ada niatan(maksud) untuk menyingung apalagi menyudutkan siapapun.Namun inilah realita kenyataannya yang sempat ada,bahkan masih ada.Semoga dunia pendidikan untuk anak-anak kita kedepan bisa lebih baik lagi.Hingga dapat menciptakan orang-orang yang tak hanya pintar,namun tak membuat lagi lupa,akan pengabdian para pahlawan tanpa tanda jasa,yang telah menjadikannya(di negeri ini)*yet.