Kalo tidak macet bukan Jakarta namanya (hmm.. iya sepakat) dan entah sampai kapan slogan ini sampai terus setia menemani. Kemacetan memang kerap membuat kesemerawutan dan mudah memancing emosi para pengguna jalan. Dan tak jarang malah timbul perselisihan omongan belum lagi di tambah bunyi klakson yang saling bersahutan.
Mengendarai apapun di jalan Jakarta di rasa makin tak nyaman dan berisiko. Semakin tak di indahkannya rambu dan aturan yang berlaku. Membuat suasana disiplin berlalu lintas pun bagai sesuatu yang berat untuk di lakukan.
Apa memang sudah bergeser segitu jauhkah, mental para warga yang cendrung individual dan mau menang sendiri. Sampai negeri yang di kenal akan budaya sopan santun dan keramah tamahannya terus hilang ( tergadai oleh kemacetan) *yet.
Betul tu... sangat2 setuju
ReplyDeletesaya dua tuju
Deletesaya tiga tuju
Deletesaya juga mau DITUJU
Deletesaya juga ikut maju dong
DeleteAku maju
Deletewalau bukan no satu
itulah sipat manusia,,,,dengan berbagai macam alasan hanya ingin cepat sampai dirumah sehingga tidak mengindahkan rambu-rambu yang ada di jalan,itu masih mending,kalau dibandingkan dengan yang melanggar rambu-rambu agama yang dianutnya.......yet...
ReplyDeleteya udah kalau masih mendingan dari pada melanggar norma agama mah...saya mau cepet-cepet sampe dirumah juga deh....:D
Deleteuntung aq nggak hidup dijakarta mas,jadi nggak ngalamin kendala kemacetan
ReplyDeleteikut2tan yet
kalau saya mengalami hidup lama di Jakarta mas Yanto,,,macet dan banjir sudah tradisi hehe...yet...
DeleteSepertinya penyakit lama ya Kang, jadi toleransi sudah tidak di gunakan lagi di jalan.
ReplyDeleteSalam
penyakit lama tapi baru ya Mas
DeleteSemakin banyak kendaraan, semakin banyak pengendara, semakin banyak pula pelanggaran yg dibuat ya kang, kadang2 Rambu lalu lintas hanya sekedar Rambu, tidak ada kesadaran pribadi untuk mau tunduk pada aturan yg berlaku :)
ReplyDeletesayang ya mas, padahal dari dulu itulah yang kita sering bangga2kan kedunia luar..
ReplyDeletebetul
Deletesifat kemanusiaannya kembali hilang kini yea...kang
ReplyDeleteyea apaan kang?
Deletesifat manusia menang berbeda beda iya haduuh..
ReplyDeletewahh bener Mas. saya sekarang bahkan nggak menjumpainya di jakarta saja, tapi di kota-kota besar lainnya di indonesia. tapi saya menemukan yang paling hebat. di ambon Mas. saya sangat terkesan dengan budaya berlalu lintas yang saling menghormati di sana
ReplyDeletedikota besar tempat tinggal saya kagak gitu deh
Deleteberuntung saya tidak tinggal di jakarta hehe, di Yogyakarta saja sudah sering macet apalagi di jakarta seperti apa, harus sabar sesabar sabarnya pak semoga masih ada santun warganya
ReplyDeleteKejadian itu tak hanya terjadi di Jakarta saja mas, tapi di kampung saya juga kalau mau beli surabi gak pernah anti... ups, apa hubungannya ya macet dengan surabi hehehe.... ya sudah, semoga keramah tamahan, sopan santun, saling merhargai dan rajin menabung menjadi kebiasaan negara kita ini lagi ya mas ..
ReplyDeletesurabi kan manisnya sama kayak klepon
Deletekalau wis rabi pasti lebih enak lagi
Deletemau gimana lagi, kendaraan tiap hari makin bertambah...
ReplyDeletebetul tiap hari kendaraan bertambah itulah penyebab salah satunya...
DeleteMacet membuatstres. Ketika stres sudah menyerang; sikap ramah, tertib, sopan pasti terlupakan...
ReplyDeleteYa begitulah keadaannya..
ReplyDeletealhamdulillah di desa saya masih bagus ramah tamah nya ;)
ReplyDeletedi kota saya juga
Deletepersis yang saya alami tadi pagi.
ReplyDeleteketika naik bis, kemudian macet sopir bis menggunakan jalur yang seharusnya digunakan pengendara dari arah berlawanan, alhasil macet semakin menjadi n polisi memarahi sopir. bukannya minta maaf malah memprovokasi penumpang untuk ikut marah ma polisi.
Soal Ramah Tamah seperti ini memang sangat langka di temui akhir akhir ini. Untuk sekedar bertegur sapa aja rasanya MAHAL sekali. Budaya Antri misalnya, masih banyak orang yang tidak sadar untuk antri maunya menang sendiri Udah gitu saat ditegur harus antri di barisan malah marah marah
ReplyDeleteMendadak mules liat rame-rame gitu, Bang.. :(
ReplyDeletejamm dimana saja pabila negara maju n kenderaan diperlukan dlm setiap masa..
ReplyDeletesabar... hihi
ReplyDeletesampai kapan jakarta nih macet, belum jakarta selesai macetnya udah di kejar tuh sama kota kota lainnya seperti surabaya dan malang udah pada macet juga........
ReplyDeleteada solusi nggak teman teman...
sabar saja paling cuma sampai besok
Deletekok kayak lagu mas,tinggal kenangan hehe..
ReplyDeletemakin padat jalanan,orang2 makin nggak sabar ya mas
ReplyDeleteMacet sepertinya membuat orang mudah marah dan melupakan segalanya mas...
ReplyDeleteMacet memang bikin emosi. Tapi kalo nurutin emosi mah ga ada habisnya ya.. lhawong jakarta kotanya macet.hehehe
ReplyDeleteRasa sopan tinggal kenangan
ReplyDeleteoh sungguh macet kedepan
sekalian berlatih kesabaran kang purnomo :-D
ReplyDeleteyupz betul banget tuch kang, namanya bukan jakarta kalau gada kemacetan kecuali hari lebaran :)
ReplyDeleteitulah manusianya yang selalu tidak perduli dengan aturan dengan alasan kesibukan. pada diatur biar selamat, malah milih modar dengan tidak perduli dengan rambu lalu lintas. dah kecelakaan baru menyesal. ok nice posting. salam sahabat blogger dan ditunggu kunjungan balik di bengkel blogger.
ReplyDeletekeramah tamahan memang merupakan nilai plus bagi negara kita,tapi sayang kini hanya kenangan gara-gara banyaknya terjadi percekcokan saat mengendari kendaraan karena 1 alasan yaitu MACET
ReplyDelete